Rita Tila, vokalis Sambasunda itu pun dengan luwes menggerakan tubuhnya mengikuti bunyi gendang jaipong yang dimainkan oleh dua personel Sambasunda. Karuan saja, penonton pun bertepuk tangan riuh.
Kelompok musik pimpinan Ismet Ruchimat, S.Sn. M.Hum ini pun secara selang-seling membawakan repertoar yang variatif. Kadang rancak, kadang beraroma melo. Namun, se-melo-melonya Sambasunda, tetaplah di sana menawarkan suasana dinamik yang dihasilkan dari beberapa alat perkusi seperti dua pasang gendang sunda, jimbe, dan sepasang snar drum.
Alhasil, pertunjukan yang berlangsung lebih dari satu jam di pelataran Bentara Budaya Jakarta melalui programa bertajuk Bentara Budaya Music Performance ini pun berlangsung meriah. Bahkan ada salah seorang penonton berkopiah yang "nekat" menari-nari di depan panggung tiap kali bunyi gendang dan perkusi lainnya membahana rancak.
Kendati mereka menyajikan warna musik dari beberapa daerah, Sumatera misalnya, tapi tetap saja warna sunda terasa kental dalam musik mereka. Gendang jaipong, seruling, kulintang, dan lengkingan biola dengan kord-kord minor yang mereka maiankan, adalah warna dominan yang identik dengan tradisi musik sunda.
Bunyi gendang yang rancak, serta gerakan sensual Rita, adalah dua sajian yang selalu mengundang tepuk riuh penonton khususnya penonton berkelamin jantan. "Asyik pisan euy...," seru seorang penonton.
SS mengaku sebagai kelompok musik yang berpijak pada tradisi, kreasi, dan kontemporer yang garapan-garapannya mengakar pada seni tradisi Indonesia. Sejak berdiri hingga kini mereka berdomisili di kota Bandung.
Selain manggung, mereka juga cukup produktif mencetak album. Tak kurang enam album telah mereka keluarkan: "Rythmical Sundanese People", Gebyar Bali Jaipong: "Bajidor Kahot" (2000), Sunda-Bali: "Millenium Ritual", Takbir dan Shalawat, Salsa & Salse, Sambasunda.
Di samping itu, mereka juga aktif menyelenggarakan pelatihan, pertunjukan serta konservasi musik tradisi. Memang, selama ini ruang lingkup aktivitas mereka lebih banyak menampilkan karya musikal. Namun tidak hanya itu, mereka juga kerap melibatkan garapan-garapan seni pertunjukan lain, seperti tari dan teater.
Nama Sambasunda mulai diperkenalkan pada tahun 1998. Awal 1990 mereka memberi nama kelompok musik ini "PRAWA". Kemudian pada tahun 1997 nama "PRAWA" diganti menjadi CBMW. Nama ini terus dipakai hingga beberapa saat setelah diluncurkanya album perdana yang bertema "Rhytmical in Sundanese People".
Terinspirasi oleh salah satu lagu yang ada di "Rhytmical in Sundanese People" yang berjudul Sambasunda, akhirnya kelompok ini pun berganti nama menjadi Sambasunda.
SS didukung oleh belasan personel: Ismet Ruchimat, S.Sn. M.Hum (komposer), Efiq Zulfiqar, S.Sn (komposer), Yadi Cahyadi,S.Sn (komposer), Nur Azis S.Sn (pemusik), Asep Yana, S.Sn (pemusik), Gungun Permana,S.Sn (pemusik), Efendi Jaenudin, S.Sn (pemusik), Budi Sofyan,S.Sn (pemusik), Acep Hidayat, S.Sn (pemusik), Dadang Samsudin,S.Sn (pemusik), Endang Rukandi,S.Sn (pemusik), Atang Suryaman, S.Sn (pemusik), Endi Supendi, A.Md. (pemusik), Dinda Satya, S.Sn. M.Hum (pemusik), Rizko Agung (pemusik), Budiyana (pemusik), Iman Lukman Hakim (pemusik), Tedi Hataji (pemusik), Rudi Muhkram (pemusik), Tantan Hartana, S.Sn (pemusik), Tettiani Mugiono (penyanyi), Rita Tila (penyanyi), Ati Sumiati (koreografer), Taufik Hidayat (koreografer), Hilda (penari).
Latar belakang para awak Sambasunda sangat mempengaruhi seluruh orientasi garapan. Kemampuan kesenimanannya tidak hanya dilatarbelakangi pendidikan tradisi, tapi juga ditunjang oleh pendidikan akademis di beberapa Perguruan Tinggi Seni di Indonesia.
Sambasunda telah beberapa kali tampil dalam berbagai event dalam dan luar negeri, di antaranya tercatat sebagai Best Performance pada Multi Cultural Of Asian Music Festival di Colombo Sri Lanka pada tahun 1999. Menjelang pergantian tahun 2000-2001 ini, di samping telah melakukan berbagai kegiatan pentas di dalam dan luar negeri, kami pun telah menghasilkan dua album baru yang berjudul "Takbir dan Shalawat" serta "Magic Skin Of Drums".
Mau denger musiknya silakan downloadJaleuleuh
Babah Ngawit
Medley tabuh riweuh
sweet talking
JY
0 komentar:
Posting Komentar